![](https://sumbernusantara.co.id/wp-content/uploads/2025/01/fa13b66bec13c02b50153a634cbdab56-1024x752.jpg)
SumberNusantara, PENAJAM – Dalam upaya memperkuat pembangunan daerah yang berkelanjutan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terus berupaya meningkatkan ketahanan dan konservasi lingkungan secara mandiri.
PJ Bupati PPU, Muhammad Zainal Arifin, melakukan kunjungan studi ke Kabupaten Gunung kidul, Yogyakarta, untuk mempelajari keberhasilan daerah tersebut dalam menghijaukan lahan kritis dan mengembangkan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Kunjungan Bupati PPU ke Kabupaten Gunung kidul dilakukan pada 3-4 Januari 2023, Zainal Arifin beserta rombongan dari dinas terkait mengunjungi kawasan wisata Wunung Giri Sela Kandha dan Banyumanik Research Center (BRC).
Zainal mengungkapkan, kawasan ini sebelumnya merupakan lahan kritis dengan topografi berbukit dan curah hujan relatif kecil, namun kini telah berubah menjadi lahan yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
“Kawasan ini sebelumnya merupakan lahan kritis dengan banyak kendala, seperti keterbatasan kepemilikan lahan, ketersediaan pupuk yang sedikit, dan ketersediaan air yang sangat terbatas. Namun, dengan kerja sama antara Banyumanik Research Center (PT Lintang Jati Kencana) dan masyarakat, lahan gersang tersebut berhasil diubah menjadi lebih hijau dan produktif dalam waktu sekitar 7 tahun,” jelas Zainal Arifin.
Menurut Zainal, keberhasilan dalam menghijaukan lahan kritis di Gunung kidul menjadi inspirasi bagi Kabupaten PPU untuk mengembangkan konsep ketahanan dan konservasi yang serupa. Ia melihat bahwa meskipun menghadapi berbagai kendala, Banyumanik Research Center (PT Lintang Jati Kencana) dan masyarakat mampu memanfaatkan potensi lahan yang ada dengan baik, salah satunya melalui penanaman pohon jati dan pemanfaatan lahan untuk pertanian tumpang sari.
“Tanaman tumpang sari ini dilakukan oleh petani dengan memanfaatkan kearifan lokal, seperti menanam tanaman umbi-umbian seperti kacang tanah dan singkong di antara tanaman pokok jati. Selain itu, BRC juga membangun demplot agroforestri dengan kombinasi tanaman jati, buah-buahan, dan tanaman obat-obatan (toga),” ujarnya.
Keberhasilan Gunung kidul dalam menghijaukan lahan kritis tidak lepas dari kerja sama yang dilakukan antara berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan swasta. Zainal melihat bahwa kolaborasi semacam ini menjadi kunci penting dalam menciptakan perubahan yang lebih baik, terutama dalam upaya meningkatkan ketahanan dan konservasi lingkungan.
“Jika kita terus mengandalkan pemerintah untuk mengelola sumber daya alam, tentu ini tidak akan cukup, terutama dalam hal pengelolaan air. Kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bisa mengelola air dengan baik, terutama dengan adanya siklus hidrologis yang rentan terhadap banjir dan kekeringan,” ungkap Zainal.
Selain itu, Zainal juga menyoroti pentingnya pengembangan pertanian yang lebih berkelanjutan di Kabupaten PPU. Menurutnya, kondisi pertanian di daerah ini dinilai masih kurang optimal, dengan produktivitas yang rendah akibat pola pertanian monokultur dan terbatasnya sistem irigasi.
“Salah satu topik yang menjadi perhatian utama adalah pengembangan pertanian yang lebih berkelanjutan. Kondisi pertanian di daerah ini dinilai masih kurang optimal, dengan produktivitas yang rendah akibat pola pertanian monokultur dan terbatasnya sistem irigasi,” jelas Zainal.
Dalam upaya menciptakan perubahan yang lebih baik, Zainal menyebutkan perlunya kolaborasi dengan daerah lain yang telah berhasil, seperti Gunungkidul, serta dukungan dari pihak swasta. Ia melihat bahwa keberhasilan Gunung kidul dalam menghijaukan lahan kritis dapat menjadi inspirasi bagi Kabupaten PPU untuk mengembangkan konsep ketahanan dan konservasi yang serupa.
“Kita perlu belajar dari daerah lain yang telah berhasil, seperti Gunung kidul. Mereka telah berhasil menghijaukan lahan gersang menjadi lebih produktif dan bermanfaat bagi warga sekitarnya. Kami harap, dengan kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak, Kabupaten PPU juga dapat mengembangkan konsep ketahanan dan konservasi yang serupa,” pungkasnya. (*)