
SumberNusantara, PENAJAM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Penajam Paser Utara (PPU), Sujiati menyoroti pertumbuhan stunting di Benuo Taka yang mengalami peningkatan.
Menurutnya, berdasarkan laporan yang diterimanya Desa Gunung Makmur, Kecamatan Babulu terdapat peningkatan dari empat menjadi 10 kenaikan stunting.
Meski demikian kasus stunting dinilai tidak hanya terjadi karena permasalahan kurangnya asupan gizi namun terdapat faktornya.
“Kalau dilihat dari salah satunya kasus stunting sepertinya berat untuk kita susah lepas dari stunting. Karena memang ada ibunya orangnya memang pendek, bapaknya juga pendek dan akhirnya anaknya juga kecil. Ujung-ujungnya masuk Posyandu jadi masuk stunting karena tidak sesuai,” ujar Sujiati, Selasa (29/10/2024).
Selain itu, menurutnya peningkatan angka stunting di PPU bisa dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya peningkatan kesadaran masyarakat, akses ke pelayanan kesehatan, atau perubahan dalam pola makan.
Kenaikan jumlah kasus stunting bisa jadi akibat lebih banyak anak yang terdeteksi melalui posyandu, bukan karena kondisi yang memburuk.
“Pertanyaan saya saat ini, yang dikategorikan stunting itu seperti apa sih?. Karena kalau dinilai dari tinggi badan dikatakan stunting, terus bagaimana dengan seorang anak yang mengikuti genetik orang tuanya,” ucapnya.
Anggota legislatif Dapil Waru-Babulu, Sujiati menjelaskan, cara mengatasi stunting di PPU dengan melakukan pendekatan yang komprehensif, termasuk perbaikan gizi, pendidikan kesehatan, dan akses yang lebih baik ke layanan kesehatan.
Sehingga, dengan adanya pendekatan, diharapkan anak-anak yang mengalami stunting bisa mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dengan baik, meskipun ada faktor genetik yang mempengaruhi.
Diketahui, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat malnutrisi kronis, biasanya akibat kurangnya asupan gizi yang baik, infeksi berulang, dan faktor lingkungan.
Kategori stunting biasanya diukur berdasarkan tinggi badan anak dibandingkan dengan umur. (Adv)