
SumberNusantara, PENAJAM – Anggota DPRD Penajam Paser Utara (PPU), Thohiron, menyoroti kurangnya pengembangan teknologi pangan, khususnya dalam hal pemilihan dan pengembangan bibit padi di Indonesia.
Menurutnya, inovasi terkait bibit padi yang lebih adaptif terhadap kondisi tanah dan iklim di Indonesia sangat diperlukan, namun saat ini penelitian di bidang ini tampaknya terhenti.
“Di Indonesia secara keseluruhan, mungkin yang kurang terkait teknologi pangan yakni, tidak adanya bibit padi baru. Yang lebih pendek kah atau panjang. Itu yang sekarang berkurang, kalau dulu kan selalu muncul, macam-macam jenisnya. Penelitian itu sekarang di Indonesia macet, mestinya pemerintah sekarang arahnya ke sana,” ungkapnya.
Lanjutnya, penelitian terhadap bibit padi yang cocok dengan kondisi tanah dan iklim daerah sangat penting. Di Kalimantan Timur (Kaltim), misalnya, air tanah cenderung bersifat asam, dan untuk itu, perlu adanya penelitian untuk menentukan jenis bibit padi yang lebih sesuai dengan kondisi tersebut.
“Misalnya kalau di Kalimantan ini airnya condong asam, kira-kira bibit padi apa yang lebih cocok. Mestinya itu yang dilakukan pemerintah, dengan penelitiannya,” ujarnya.
Selain itu, Thohiron juga menekankan pentingnya perhatian terhadap kondisi pasca panen, terutama mengenai apa yang sebaiknya ditanam di tanah yang telah digunakan untuk padi.
Menurutnya, hal ini harus dipikirkan secara serius oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Kaltim.
“Terus pasca panen, tanah di Kalimantan itu cocoknya ditanami apa, mestinya itu yang dipikirkan,” tegasnya.
Thohiron berharap, pemerintah lebih fokus pada penelitian dan pengembangan teknologi pertanian, agar petani dapat memperoleh hasil yang optimal dan dapat mengatasi berbagai tantangan dalam sektor pertanian. (Adv)