
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian PPU, Gunawan
SumberNusantara, PENAJAM – Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) tengah menyiapkan sistem tanam padi guna mengatasi kendala pada musim tanam (MT) ketiga, khususnya akibat keterbatasan air dan minimnya minat petani untuk menanam di periode tersebut. Sistem yang disiapkan adalah metode “salinan ibu” atau dikenal pula dengan istilah tanam singgang.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian PPU, Gunawan, menjelaskan bahwa metode ini mulai diuji coba pada sejumlah lokasi di wilayah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kelurahan Petung, Kecamatan Penajam.
Uji coba ini dilakukan untuk melihat efektivitas metode salinan ibu sebagai alternatif budidaya padi tanpa olah tanah (TOT).
“Sistem ini sebenarnya bukan hal baru, tapi masih jarang direkomendasikan secara teknis karena belum ada kajian intensifikasi yang menyeluruh. Namun, kami ingin mencoba menjadikannya opsi jika musim tanam ketiga mengalami kendala,” ujar Gunawan, Rabu (4/6/2025).
Gunawan menjelaskan bahwa sistem ini memanfaatkan sisa tanaman padi yang sudah dipanen. Batang-batang sisa panen dipotong pendek, kemudian dibiarkan tumbuh tunas baru dari sela-sela jerami. Tunas tersebut akan dipelihara menjadi tanaman baru. Metode ini dinilai lebih hemat air dan memiliki siklus panen yang lebih pendek, yakni hanya 70 hari.
Namun, Gunawan mengakui metode ini memiliki kelemahan, antara lain ukuran malai (buah padi) yang tumbuh dari tunas tidak sebesar tanaman hasil persemaian awal. Meski demikian, pendekatan ini dianggap sebagai solusi pragmatis terhadap tantangan keterbatasan air dan penurunan minat tanam petani pada MT3.
“Ini masih tahap uji coba. Kita tidak bisa langsung ambil kesimpulan sebelum benar-benar diterima petani dan hasilnya bisa kita validasi. Karena sekalipun secara teknis berhasil, tapi jika tidak diterima petani, tidak bisa kita anggap berhasil,” jelasnya.
Dinas Pertanian juga menargetkan lahan-lahan tertentu, terutama yang tidak bisa dipanen menggunakan mesin pemanen (combine harvester), sebagai lokasi uji coba sistem tanam salinan ibu. Hal ini dikarenakan area tersebut cenderung basah dan lebih cocok untuk metode budidaya tanpa olah tanah.
Gunawan menambahkan bahwa metode ini akan dikaji dan disosialisasikan lebih lanjut kepada para petani melalui penyuluh pertanian, sebagai bagian dari upaya meningkatkan indeks pertanaman (IP) hingga 250. Target tersebut masih sulit tercapai karena musim tanam ketiga seringkali tidak dilaksanakan oleh sebagian besar petani.
“Banyak petani kita yang tidak berani menanam di bulan Desember atau setelah panen MT1 karena faktor cuaca dan air. Padahal, MT3 itu kunci kalau kita ingin meningkatkan indeks pertanaman. Nah, metode ini bisa jadi jembatan,” katanya.
Dinas Pertanian PPU berharap sistem tanam salinan ibu dapat menjadi alternatif dalam menghadapi perubahan iklim dan tantangan lainnya.
Jika berhasil, metode ini akan menjadi bagian dari rekomendasi resmi budidaya padi di musim tanam ketiga tahun-tahun berikutnya. (Adv)