
Sekretaris Kelompok Kerja (Pokja) Empat Tim Penggerak PKK PPU Reno Pratiwi.
SumberaNusantara, PENAJAM — Pencegahan stunting di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mulai diarahkan pada intervensi usia remaja, terutama perempuan, yang dinilai sebagai titik awal penting dalam membentuk generasi sehat di masa depan.
Sekretaris Kelompok Kerja (Pokja) Empat Tim Penggerak PKK PPU, Reno Pratiwi, menegaskan pentingnya edukasi gizi sejak usia dini sebagai langkah preventif dalam menekan angka stunting.
“Selama ini kita fokus mengatasi stunting setelah anak lahir, padahal seharusnya pencegahan dimulai sejak perempuan memasuki masa remaja, bahkan sejak pertama kali mengalami menstruasi,” ujar Reno, Kamis (12/6/2025).
Lanjutnya, ia kondisi gizi remaja perempuan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan di masa depan. Kekurangan zat besi atau anemia pada remaja putri, misalnya, berisiko menyebabkan gangguan pertumbuhan janin jika tidak ditangani sejak dini.
Karena itu, pemenuhan gizi dan konsumsi tablet tambah darah saat masa haid menjadi strategi penting yang tengah disiapkan Pokja Empat.
“Kami mendorong agar remaja putri yang sudah menstruasi rutin mengonsumsi makanan bergizi dan obat penambah darah. Ini perlu dibiasakan sejak dini agar saat dewasa nanti mereka siap menjadi ibu yang sehat,” tuturnya.
Selain edukasi gizi, Reno juga menyinggung perlunya program intervensi berbasis keluarga seperti pemanfaatan lahan pekarangan untuk kebun dan peternakan skala rumah tangga.
Program ini diyakini dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga serta mendukung kecukupan gizi anggota rumah tangga, terutama anak perempuan.
“Satu rumah idealnya punya tanaman sayur atau peternakan kecil. Kalau makanannya sehat, anak perempuan tumbuh sehat, tidak kurus, dan mencapai berat badan ideal sebelum menikah atau hamil. Ini sangat berpengaruh terhadap risiko stunting nantinya,” jelasnya.
Langkah awal yang akan dilakukan Pokja Empat adalah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, terutama tingkat SMP dan SMA, mengenai pentingnya gizi remaja dan konsumsi tablet tambah darah saat menstruasi.
Edukasi ini nantinya akan dikolaborasikan dengan Pokja Satu dan Posyandu untuk menjangkau lebih banyak remaja perempuan di berbagai wilayah PPU.
“Kita akan mulai dengan edukasi terlebih dahulu, karena kesadaran itu penting. Setelah itu baru bisa kita lihat kesiapan program berdasarkan dukungan anggaran,” kata Reno.
Ia juga menyarankan adanya inisiatif sederhana di lingkungan sekolah seperti program “Hari Tanpa Gula” untuk mengurangi konsumsi makanan olahan dan minuman tinggi gula yang dapat berdampak buruk pada kesehatan remaja.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan.
Namun, pendekatan baru yang digagas TP PKK PPU ini menekankan bahwa akar masalah stunting perlu ditangani bahkan sebelum kehamilan terjadi yakni dimulai dari pola hidup sehat remaja.
“Stunting bukan sekadar soal balita yang pendek. Ini tentang rantai kesehatan yang panjang, dan salah satu mata rantai terpentingnya adalah remaja perempuan,” pungkasnya. (Adv)