
Kepala Dispusip PPU, Muhammad Yusuf Basrah.
SumberNusantara, PENAJAM – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) terus memperkuat infrastruktur literasi melalui pengembangan koleksi buku dan inovasi layanan perpustakaan.
Saat ini, perpustakaan daerah PPU tercatat memiliki lebih dari 26 ribu eksemplar buku, dengan jumlah judul mencapai sekitar 9.000 hingga 13.000.
Kepala Dispusip PPU, Muhammad Yusuf Basrah, menjelaskan bahwa jumlah tersebut merupakan akumulasi dari koleksi yang telah dimiliki sebelumnya, termasuk hasil pengadaan terbaru pada tahun 2024.
“Jumlah eksemplar buku kami saat ini lebih dari 26 ribu, sementara judulnya sekitar 9 hingga 13 ribuan. Penambahan terakhir dilakukan tahun lalu, dan tahun ini meskipun belum ada pengadaan besar, kami tetap menerima bantuan terbatas dari Perpusnas dan provinsi,” ujar Yusuf, Rabu (9/7/2025).
Menurut Yusuf, tahun ini Dispusip juga mengusulkan pengadaan buku untuk tujuh puskesmas di PPU. Bantuan tersebut akan difasilitasi oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas), sebagai bagian dari program literasi di fasilitas pelayanan umum.
“Kami mengusulkan kepada Perpusnas agar tiap puskesmas bisa menerima bantuan buku. Saat ini sedang diverifikasi kelayakannya, seperti kesiapan ruangan dan pengelola. Ini penting karena puskesmas merupakan titik layanan masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk edukasi literasi,” jelasnya.
Sejalan dengan era digital, Dispusip PPU juga sedang mengupayakan transformasi layanan perpustakaan ke arah digital. Salah satu rencana yang tengah digodok adalah pengadaan buku digital berbasis aplikasi, yang memungkinkan masyarakat mengakses koleksi pustaka melalui perangkat seluler.
“Kalau buku fisik perlu diawasi, dicatat secara manual, dan membutuhkan tenaga tambahan. Tetapi dengan sistem digital, peminjaman bisa tercatat otomatis. Buku juga bisa dibaca di mana saja melalui aplikasi,” ungkapnya.
Namun, Yusuf mengakui bahwa implementasi perpustakaan digital memerlukan dukungan anggaran yang tidak sedikit, terutama dalam pengadaan koleksi buku elektronik (e-book).
“Aplikasinya sebenarnya tidak terlalu mahal, yang mahal itu pengadaan bukunya. Misalnya kita beli empat lisensi buku digital, kalau semuanya sedang dipinjam, pengguna lain harus menunggu, seperti pada sistem fisik,” jelasnya.
Rencana ini, menurut Yusuf, telah diajukan dalam penganggaran selama dua tahun terakhir, tetapi masih terkendala oleh prioritas fiskal pemerintah daerah.
Dispusip PPU juga tetap mengandalkan layanan perpustakaan keliling sebagai salah satu strategi utama menjangkau masyarakat, khususnya pelajar di daerah pelosok.
“Perpustakaan keliling kami tetap berjalan. Mobil layanan ini berkeliling ke sekolah-sekolah membawa koleksi buku bacaan untuk anak-anak dan remaja,” terangnya.
Program perpustakaan keliling dinilai efektif dalam membangun kebiasaan membaca di wilayah yang belum memiliki perpustakaan tetap, serta memperluas akses literasi hingga ke pelosok desa.
Yusuf berharap melalui kombinasi layanan perpustakaan keliling dan digital, ekosistem literasi di PPU dapat terus berkembang secara berkelanjutan. (Adv)