
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ristu Pramula.
SumberNusantara, PENAJAM – Program Inseminasi Buatan (IB) yang dijalankan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) hingga pertengahan tahun 2025 ini baru terealisasi sekitar 30 persen.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ristu Pramula.
“Target kami tahun ini sebanyak 1.300 ekor untuk inseminasi buatan, dan hingga saat ini baru terealisasi sekitar 400 ekor,” ujarnya, Sabtu (5/7/2025).
Sementara itu, untuk pemeriksaan kebuntingan (PKB), dari 400 ekor sapi yang telah di inseminasi, baru 100 ekor yang menunjukkan hasil positif bunting. Adapun jumlah kelahiran dari seluruh metode pemacekan baik melalui inseminasi buatan maupun kawin alam juga masih rendah. Dari target 700 kelahiran pada tahun 2024, saat ini baru tercatat sekitar 100 kelahiran.
“Angka ini tidak hanya berasal dari IB tahun ini saja, melainkan termasuk hasil kawin alam dan IB tahun sebelumnya,” jelas Ristu.
Ia menyebut, pihaknya optimistis target akan tercapai hingga 80 persen menjelang akhir tahun. Namun, terdapat sejumlah kendala yang menghambat pelaksanaan program ini, terutama terkait fasilitas penyimpanan semen beku (straw) untuk IB.
Ristu mengungkapkan, kendala utama dalam pelaksanaan IB di lapangan adalah terbatasnya ketersediaan nitrogen cair yang digunakan untuk menyimpan straw inseminasi agar tetap awet dan efektif saat digunakan.
“Semen beku itu harus selalu terendam dalam nitrogen cair agar kualitasnya terjaga. Saat ini kami masih sangat bergantung pada pasokan dari pemerintah provinsi, dan jumlahnya terbatas,” katanya.
Kondisi ini menyebabkan proses inseminasi kerap mengalami keterlambatan. Ia menuturkan, ada beberapa kasus di lapangan ketika petugas menerima laporan sapi berahi dari peternak, namun tidak dapat langsung melakukan IB karena straw belum tersedia.
“Waktu itu bahkan sempat tertunda dua bulan karena distribusi nitrogen cair tersendat. Akhirnya, siklus berahi sapi harus menunggu 21 hari lagi,” imbuhnya.
Di sisi lain, Ristu memastikan bahwa sumber daya manusia (SDM) untuk program IB di PPU saat ini masih cukup memadai. Terdapat sekitar 12 petugas inseminator aktif yang tersebar di beberapa wilayah, antara lain Kecamatan Sepaku 4 orang, Babulu 5 orang, dan Penajam 3 orang.
“Selain itu, kami juga memiliki kader-kader seminator yang sudah mendapatkan pelatihan dasar,” terangnya.
Ristu berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah pusat maupun provinsi, khususnya terkait penyediaan sarana pendukung seperti tabung nitrogen cair. Dengan fasilitas yang memadai, ia meyakini target IB dan populasi sapi lokal dapat lebih optimal dalam mendukung ketahanan pangan dan perekonomian peternak. (Adv)